Teks Cerpen : Mengidentifikasi, Menyimpulkan, Menelaah, Menyusun, dan Contoh (Revisi)

Bahasa Indonesia | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan langkah-langkah mengidentifikasi, menyimpulkan, menelaah, dan menyusun teks cerpen dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang langkah-langkah mengidentifikasi, menyimpulkan, menelaah, dan menyusun teks cerpen dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami langkah-langkah mengidentifikasi, menyimpulkan, menelaah, dan menyusun teks cerpen dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Teks Cerpen : Mengidentifikasi, Menyimpulkan, Menelaah, Menyusun, dan Contoh (Revisi)

A. Mengidentifikasi Teks Cerpen

1. Pengertian Teks Cerpen

Cerpen adalah sebuah karya sastra pendek yang bersifat fiktif dan mengisahkan tentang suatu permasalahan yang dialami oleh tokoh secara ringkas mulai dari pengenalan sampai akhir dari permasalahan yang dialami oleh tokoh. Pada umumnya cerpen hanya mengisahkan satu permasalahan yang dialami oleh satu tokoh. Selain itu, cerpen hanya terdiri tidak lebih dari 10.000 kata. Hal inilah yang membuat cerpen dapat selesai dibaca dalam sekali duduk.

a. Menurut KBBI

Cerpen berasal dari dua kata yakni cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.

b. Menurut Susanto dalam Tarigan (1984:176)

Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

c. Menurut Lubis dalam Tarigan (1985:177)

Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita. Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama. Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.

d. Dalam Purba (2010: 48), H.B Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya

Mengemukakan bahwa cerita pendek ialah cerita yang pendek (1977: 69). Jassin lebih jauh mengungkapkan bahwa tentang cerita pendek ini orang boleh bertengkar, tetapi cerita yang seratus halaman panjangnya sudah tentu tidak disebut cerita pendek dan memang tidak ada cerita pendek yang demikian panjang. Cerita yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman masih bisa disebut cerita pendek tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya satu halaman. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Sumardjo dan Saini di dalam buku mereka Apresiasi Kesusastraan. Mereka berpengertian bahwa cerita pendek (atau disingkat cerpen) adalah cerita yang pendek. Tetapi dengan hanya melihat fisiknya yang pendek orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang pendek adalah sebuah cerpen (1986: 36).

e. Menurut Sumardjo (1983: 69)

Cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi

f. Menurut Priyatni (2010: 126)

Cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel.

g. Menurut Allan Poe dalam Nurgiyantoro dalam Regina Bernadette

Cerita pendek diartikan sebagai bacaan singkat yang dapat dibaca sekali duduk dalam waktu setengah sampai dua jam, genrenya memiliki efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks “pengarang cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian-bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada.

h. Jacob Sumardjo dan Saini K.M (1995:30) dalam Suyanto (2012:46)

Menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen harus memiliki efek tunggal dan tidak kompleks.

i. Menurut A. Bakar Hamid

Menurutnya bahwa cerpen atau disebut juga dengan cerita pendek seharusnya dilihat dari jumlah, kuantitas kata yang digunakan antara 500 hingga 20.000 kata adanya plot, adanya satu karakter dan adanya kesan.

2. Ciri-Ciri Cerpen 

Cerpen berisi cerita kehidupan seseorang. Cerita tersebut ada yang bersifat khayalan dan ada yang benar-benar terjadi. Cerpen adalah cerita yang dapat dibaca sekali duduk tidak menyebabkan perubahan nasib pelaku. Cerpen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

  • Panjang karangan lebih kurang sepuluh halaman
  • Habis dibaca sekali duduk
  • Dalam cerpen hanya ada satu peristiwa yang mengusai jalan cerita
  • Terdapat konflik, tetapi tidak menimbulkan perubahan nasib pelaku.
  • Hanya mempunyai satu alur
  • Perwatakan tokoh dilukiskan secara singkat

3. Unsur-Unsur Teks Cerpen

Berikut ini adalah beberapa unsur-unsur intrinsik teks cerpen sebagai berikut.

1.Tema
Tema adalah pokok atau gagasan utama sebuah cerpen.
2. Tokoh dan penokohan
Dalam penokohan dituliskan tokoh dan watak dari tokoh. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat dalam konflik.
Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik. Penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita. Contoh : Tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro Jonggrang memiliki watak gigih.
3. Latar
Latar dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.
4. Alur atau Plot
Alur atau plot adalah rangkaian kronologi peristiwa. Alur dibedakan menjadi alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari awal sampai akhir. Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik. Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur
5. Sudut Pandang
Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa saja pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya.
Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.
6. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik dengan menggunakan majas.

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada diluar cerpen, dimana secara tidak langsung unsur ekstrinsik mempengaruhi proses pembuatan sebuah cerpen. Untuk lebih jelasnya berikut unsur-unsur ekstrinsik dalam cerpen.

1. Latar belakang masyarakat

Latar belakang masyarakat adalah hal yang mendasari seorang penulis membuat sebuah cerpen yang mana menyangkut kondisi lingkungan masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penulis antara lain:

  1. Ideologi negara
  2. Kondisi politik
  3. Kondisi sosial
  4. Kondisi ekonomi

2. Latar belakang penulis

Latar belakang penulis adalah faktor yang ada dalam diri penulis sehingga mendorong penulis dalam membuat cerpen. Ada beberapa faktor latar belakang penulis antara lain: Riwayat hidup penulis Kondisi psikologis Aliran sastra penulis

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen meliputi
  • Nilai agama
  • Nilai sosial
  • Nilai moral
  • Nilai budaya

B. Menyimpulkan Teks Cerpen

Cerita pendek mengangkat persoalan kehidupan manusia secara khusus. Tema dalam cerita pendek sering berasal dari persoalan kehidupan sehari-hari. Tema dalam cerpen sering diangkat dari potret kehidupan nyata. Dalam cerpen tokoh dan latar direkayasa demi keindahan cerita. Rekayasa ini bertujuan untuk membedakan cerita dalam cerpen dengan kejadian nyata. 

C. Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan Cerita Pendek

1. Struktur Teks Cerpen

Struktur Teks Cerpen Setiap teks yang ada dalam pembelajaran bahasa Indonesia, semuanya pasti memiliki struktur tanpa terkecuali teks cerpen. Adapun struktur teks cerpen dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Abstrak adalah ringkasan atau inti dari cerpen dan merupakan gambaran awal suatu cerita. Unsur abstrak sifatnya opsional, dengan kata lain suatu cerpen boleh saja tidak menggunakan abstrak.
  2. Orientasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan waktu, suasana, dan tempat yang ada di dalam cerita pendek.
  3. Komplikasi adalah urutan berbagai kejadian yang dihubungkan berdasarkan sebab-akibat. Kita dapat melihat watak atau karakter suatu tokoh dalam cerpen pada bagian struktur ini.
  4. Evaluasi adalah struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks, serta mulai menemukan solusi atau penyelesaian atas konflik tersebut.
  5. Resolusi adalah penyelesaian atas masalah yang dialami oleh tokoh di dalam cerpen.
  6. Koda adalah nilai moril atau pelajaran yang bisa didapatkan oleh pembaca.

b. Aspek Kebahasaan Teks Cerpen

Berikut ini adalah aspek dan ciri kebahasaan teks cerpen

1. Kosakata

Kosakata mempunyai hubungan erat dalam menciptakan alur cerita. Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata akan memberikan gambaran kualitas cerpen yang dibuat. Selain itu, pemilihan kosakata yang tepat akan menambah keindahan dan keserasian makna yang tercipta. Oleh karena itu, pembaca hendaknya memahami kosakata dan mencoba mencari tahu kosakata baru yang terdapat pada teks cerpen. Pemilihan kosakata dalam cerpen dapat berupa pemilihan menggunakan kata khusus dari pada kata umum. Contoh: Bentuk : lingkaran, persegi, segitiga, kubus, limas, bulat, beraturan, tidak beraturan, dan abstrak. Sayuran : kubis, bayam, kangkung, dan sawi. Indah : cantik, menawan, mengagumkan, menyenangkan, elok, bagus, dan molek.

2. Gaya Bahasa

Gaya bahasa sering disebut dengan istilah majas. Gaya bahasa pada cerpen berperan dalam memperindah dan meningkatkan efek makna dalam bacaan. Gaya bahasa biasanya memperkenalkan atau membandingkan suatu benda dengan benda lainnya. Penggunaan gaya bahasa akan menimbulkan makna konotasi. a) Personifikasi Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh: Daun kelapa tersebut seakan melambai dan mengajakku untuk segera bermain di pantai. b) Metafora Gaya bahasa ini meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh: Pengawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. c) Asosiasi Gaya bahasa ini membandikan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, seperti. Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. d) Hiperbola Gaya bahasa ini mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal. Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.

3. Kalimat Deskriptif

Penggunaan kalimat deskriptif berfungsi melukiskan atau menggambarkan keadaaan dan peristiwa dalam cerpen. Penggunaan kalimat deskriptif ini membuat pembaca lebih memahami alur cerita. Selain itu, kalimat deskriptif bertujuan membuat pembaca memahami peristiwa yang terjadi dalam cerpen. Contoh: Aku mempunyai seorang ayah yang baik. Dia juga merupakan ayah yang bertanggungjawab kepada keluarga kami. Ayahku mempuyai badan tinggi besar. Ayahku juga mempunyai wajah yang oval dan ganteng. Selain itu ayahku juga jago memasak dibandingkan dengan ibu. Aku bangga memiliki ayah seperti dia.

4. Bahasa Tidak Baku dan Tidak Formal

Cerpen sering disajikan dengan bahasa tidak baku dan tidak formal karena menceritakan kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa tidak baku dan tidak formal ini akan membuat cerpen lebih terasa dekat dengan pembaca. Selain itu, penggunaan bahasa tidak baku dan tidak formal akan membuat cerita terasa lebih nyata.

5. Penggunaan Kalimat yang Menunjukkan Keterangan Waktu

Kalimat keterangan waktu adalah kalimat yang didalamnya terdapat kata keterangan waktu sebagai penunjuk waktu terjadinya sebuah peristiwa tertentu. Contoh penggunaan keterangan waktu, antara lain besok, pagi, siang, sore, malam, esok, lusa, kemari, dan penunjuk.

D. Metode Penulisan Teks Cerpen

1. Teknik Metode Dramatik

Metode dramatik adalah metode di mana pengarang menampilkan tokoh secara tidak langsung atau tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan serta tingkah laku tokoh. Untuk mengetahui sifat tokoh, pembaca harus menafsirkan sendiri setiap bentuk ucapan, pikiran, perbuatan, bentuk fisik, lingkungan, reaksi, ucapan, dan pendapat karakter tersebut. Penampilan tokoh cerita dengan menampilkan atau menggunakan metode dramatik dilakukan secara tidak langsung.

Sang pengarang membuat setiap tokoh memperlihatkan karakter-karakternya melalui tingkah laku, peristiwa yang terjadi, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti kejadian-kejadian yang terjadi di sebuah karya fiksi tidak hanya untuk memperkembangkan plot, tetapi menceritakan pendirian masing-masing tokoh. eknik penokohan ini lebih efektif daripada teknik penokohan analitik, karena berfungsi ganda, kaitan yang erat antara berbagai unsur fiksi ini lebih realistik, sangatlah mungkin tokoh baru, teman baru, pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun, kekurangannya seringnya muncul penafsiran ganda akan watak para tokoh.

2. Teknik Metode Analitik

Metode analitik adalah pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh dengan cara menyebutkan sifat-sifatnya. Pengarang mencantumkan watak tokoh, misalnya keras kepala. Metode analitik adalah metode di mana pengarang menggambarkan watak-watak tokoh dengan mendeskripsikan wataknya secara langsung. Tokohnya dihadirkan ke hadapan pembaca dengan tidak berbelit-belit (sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisik). Teknik penokohan ini sangat sederhana dan ekonomis karena tidak membutuhkan banyak deskripsi.

Dengan ini, sang pembaca tidak perlu berpikir lagi akan watak tokoh tersebut. Namun, sang pengarang harus tetap memerhatikan konsistensi karakter setiap tokoh. Sang pengarang harus tetap mempertahankan dan mencerminkan pola kedirian tokoh itu. Cara-cara mempertahankan metode analitik adalah dengan konsistensi dalam pemberian sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan juga kata-kata yang keluar dari tokoh yang bersangkutan. Namun, sisi negatif dari teknik penokohan ini adalah sang pembaca tidak ikut serta secara aktif berpikir dan menafsirkan sendiri karakter-karakter dalam cerita. Tapi dengan ini adanya kemungkinan salah tafsir menjadi kecil. erikut ini adalah contoh metode analitik dalam teks cerpen.

D. Menyusun Teks Cerpen

Langkah-langkah menyusun teks cerita pendek adalah sebagai berikut.

1. Menentukan Tema 

Tema disebut juga pokok pikiran. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema dalam cerita menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema dalam cerita pendek biasanya tentang cinta kasih, persahabatan, persoalan nasib, atau kehidupan rumah tangga.

2. Menentukan Pusat Pengisahan (Sudut Pandang)

Pusat pengisahan adalah cara pengarang menempatkan diri terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Pengarang memiliki bermacam-macam teknik dalam menceritakan suatu cerita. Pengarang dapat memilih salah satu sudut pandang untuk menceritakan ceritanya.

3. Menentukan Perwatakan

Perwatakan berkaitan dengan sifat-sifat tokoh yang digambarkan dalam cerita oleh pengarang. Penggambaran tokoh-tokoh dalam suatu cerita dapat menggunakan dua metode, yaitu metode analitik dan dramatik.

4. Menentukan Latar atau Setting

Latar merupakan keterangan tempat atau ruang, waktu, dan suasana yang terjadi dalam cerita. Pengarang harus menentukan tempat, waktu, dan suasana yang akan digambarkan dalam cerpen yang dibuatnya.

5. Menyajikan Peristiwa yang Ditentukan dalam Alur Cerita

Alur cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalam suatu cerita yang memiliki hubungan sebab akibat. Alur terbagi menjadi lima tahap, adapun tahap-tahap alur adalah sebagai berikut.

a. Tahap  Penyituasian

Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita, pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan untuk tahap berikutnya.

b. Tahap Pemunculan Konflik

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c. Tahap Peningkatan Konflik

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangkan.

d. Tahap Klimaks

Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh-tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap Penyelesaian

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendurkan. Konflik-konflik tambahan (jika ada) juga diberi jalan keluar, lalu cerita diakhiri. Tahap ini disesuaikan dengan tahap akhir di atas.

E. Contoh Teks Cerpen

Berikut ini adalah contoh teks cerpen yang berjudul "Dalang, Sebuah Impian" buah karya Yunanda Martina. Adapun contoh teksnya adalah sebagai berikut.

Dalang, Sebuah Impian

Oleh:Yunanda Martina

Malam ini adalah malam yang indah, langit bertabur bintang. Di bawah bulan yang bersinar terang tepatnya di lapangan desa warga berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit.

Penonton merasa senang dan terhibur, tetapi tidak untuk anak yang sedang duduk di pinggir jalan samping lapangan. Anak itu menunduk, butiran air mata mulai menetes membasahi pipi kanan dan kirinya yang kini terlihat merah menyala.

Nampaknya anak itu terlihat sedih karena dua hari yang lalu dia telah kehilangan sesosok ayah yang sangat dia cintai. Panggil saja anak itu Jono.

Dia lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Jono mempunyai dua adik yang bernana Eva dan Nia. Eva saat ini baru menginjak kelas 2 SD dan Nia baru memasuki TK. Saat itu Jono bingung, bagaimana cara dia untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Jono masih tetap kuat dan bersemangat.

Jono memang anak yang sabar, di saat Jono akan berdiri untuk menyaksikan Wayang, Jono dipanggil oleh seseorang.Ternyata itu adalah Pak Tono, dia terlihat sangat tergesa-gesa.

“Pak ada apa?” tanya Jono.

“Itu, ibu kamu!” jawab Pak Tono gugup.

“Kenapa , ibu saya kenapa?” tanya Jono lagi.

“Ibu kamu pingsan, Jono!” kata Pak Tono lagi.

“Ibu saya pingsan pak?”

“Iya, ayo cepat pulang!”

Lalu Jono berlari menuju rumahnya. Jono sangat kaget dengan perkataan Pak Tono tadi, dia takut jika terjadi sesuatu dengan ibunya, di sepanjang jalan Jono hanya memikirkan ibunya. Setelah berjalan cukup jauh Jono sampai di rumahnya dan disusul oleh Pak Tono.

“Eva, Nia, ibu kenapa?” tanya Jono

“Tadi ibu pingsan, Mas!” jawab Eva

Jono bergegas pergi ke kamar ibunya untuk melihat keadaan ibunya. Jono membelai rambut ibunya. Di kamar ibu ternyata telah ada ibu Tias. Sambil melihat keadaan ibunya tak terasa air mata tak dapat dibendung lagi.

“Sudah Jono, jangan menangis lagi!” hibur bu Tias.

“Iya, Jono, jangan menangis, ibu sudah sembuh!” kata ibu Jono.

“Iya Bu, Jono tidak akan menangis lagi!”

“Ya sudah, lebih baik kamu istirahat dulu!”suruh ibu.

“Baiklah, Bu!”

Jono bergegas ke kamar, lalu dia merebahkan tubuhnya di ranjang kusam miliknya. Di saat dia akan memejamkan matanya dia teringat pada ibunya lagi. Jono terbangun, lalu duduk di pinggir tempat tidurnya.

Jono sangat ingin memeriksakan keadaan ibunya ke dokter tapi bagaimana caranya? Saat Jono melihat jam ternyata waktu telah menunjukkan pukul 10.00. Jono bergegas tidur mengistirahatkan lelah.

Tak terasa hari telah pagi dan waktu telah menunjukkan pukul 05.00. Jono bergegas mandi lalu segera berangkat ke sekolah. Tetapi sebelum berangkat, Jono berpamitan kepada ibunya. “Bu, Jono berangkat ke sekolah dulu!” kata Jono sambil menyodorkan secangkir teh hangat untuk ibunya

“Iya, kamu hati hati di jalan ya!” balas ibu.

“Baik bu!”

Jono bergegas berangkat ke sekolah bersama kedua sahabatnya Tino dan Paijo. Mereka berangkat selayaknya sahabat yang tak akan pernah terpisahkan. Setelah mereka sampai di sekolah, mereka masuk ke kelas masing masing. Mereka menyelesaikan pelajaran pada hari ini. Pada akhirnya bel pulang sekolah berbunyi dan para siswa pulang menuju rumah masing masing begitu juga dengan Jono, Tino, dan Paijo.

Saat mereka sampai di tengah perjalanan, Pak Tono, tetangga Jono menghampiri mereka bertiga .

“Jono, Pujo, Tino!” teriak Pak Tono

“Iya, ada apa pak ”

“Ayo sini, kalian duduk sebentar saja saya traktir minum es cendol ini,” kata Pak Tono memesankan es cendol untuk mereka. 

“Begini. bapak mau mengajari kalian belajar jadi dalang. Biar budaya wayang ini tidak punah. Kalian tahu kan, kalau kalian menjadi sangat piawai, bahkan beberapa dalang bisa keliling dunia dan makmur hidupnya. Bagaimana? Kalian bertiga kan anak cerdas dan sering membanggakan, jadi kalau kalian bersedia, anak-anak lain juga akan tertarik untuk ikut belajar?”

Tino menunjukkan binar matanya. “Wah, senengnya bisa ikut mendalang, pakai blankon dan baju jawa dan menceritakan berbagai kisah pewayangan dengan nama-nama unik dan kisah-kisah menarik!” Ia berdiri dan kedua tangannya menepuk satu sama lain.

“Oh, kau tertarik untuk belajar Tino? Bagaimana dengan yang lain?”

“Mau..mau!” Jono meyakinkan.

“Kalau begitu. kita mulai Jumay sore bagaimana? Di rumah bapak!”

“Iya, Pak! Baik Pak Tono!” Pujo kali ini menyahut.

Sehabis mereka meminum es cendol traktiran Pak Tono, mereka berpamitan untuk pulang dengan perasaan yang sangat senang. Mereka tak sabar jumat depan belajar menjadi dalang. Mereka boleh menyentuh seperangkat wayang milik Pak Tono dan juga mungkin memainkan beberapa alat musik Jawa di rumah joglo besar tersebut.

Pak Tono selalu baik sama siapa saja, tetapi rasanya menyentuh semua benda benda di rumah joglo Pak Tono merupakan kesempatan emas. Tak sembarang orang diperbolehkan melakukannya.

Pada saat kebahagiaan melanda dua temannya, terlihat Jono masih menyimpan kemurungan.

“Kamu kenapa Jono, kamu masih sedih ?” tanya Pak Tono

“Saya memikirkan keadaan ibu saya!” jawab Jono

“Jono, kamu harus sabar!”

“Iya Pak, saya akan berusaha!”

Sumber: titikdua.net

Setelah sampai di rumah, Jono demikian tak sabar untuk ketemu ibunya.“Bu, maaf Jono pulang terlambat!”

“Iya. ayo masuk. Segeralah makan. Tapi maaf, ibu hanya memasak apa adanya!”

“Iya, Bu!”

Setelah makan, Jono membantu adiknya menyapu halaman. Jono melakukan tugasnya itu dengan senang hati, dan tetap bersabar, lalu Jono meminta untuk adiknya agar istirahat saja, karena Jono tidak mau adiknya kecapekan. Tetapi adik Jono menolaknya karena adik Jono; Eva dan Nia juga adik yang baik.

Sore itu, saat Jono tengah asyik menyapu, Jono tak menyangka akan kedatangan Tino. “Ada apa Tino? Tumben sore sore begini kamu ke rumahku?”

“Begini, tadi saat aku sampai di rumah Joglo, Pak Tono memberi kabar bahwa akan diadakannya lomba menjadi Dalang!“

“Wah, itu kesempatan yang bagus. Kapan dilaksanakannya?”

“Tiga bulan lagi!”

“Oh, jadi begitu? Terus, berarti kita akan latihan lebih sering?”

“Iya, betul. Dua kali seminggu. Nanti malam ini kita latihan juga!”

“Baiklah, aku siap.”

Joko bisa merasakan semangat Tino demikian besar dari gerak tubuhnya saat ia meninggalkan kebun rumahnya. Penglihatannya mengikut kepergiannya di atas sadel sepeda.

Demikian pula di relung hatinya, ia berharap dan berandai andai, mungkin ini adalah jalan Jono mencapai cita-citanya menjadi seorang dalang yang trampil dan dibutuhkan banyak orang untuk pentas.

Setelah Jono selesai menyapu karena hari juga sudah petang Jono memutuskan untuk masuk ke dalam rumah untuk segera mandi.

Ia menjelaskan pada ibu dan kedua adiknya mengenai lomba mendalang dan kebaikan hati Pak Tono yag akan melatih mereka dua kali seminggunya. Dengan sangat sabar Jono menjelaskan semua kepada adiknya mengenai kemungkinan jalan prestasi untuknya.

Untung saja adik Jono juga adik yang bisa menerima impiannya mendalami seni budaya tradisional yang sudah kian ditinggalkan orang orang muda belakangan ini. Tapi dari penjelasan Pak Tono yang kini ditirukannya dalam penjelasannya pada kedua adiknya, keduanya ikut menaruh harapan atas impian Jono. Bahkan juga dalam diri ibunya.

Di saat Jono akan menuju kamarnya Jono melihat ibunya yang sedang duduk di ruang tengah. Ibu Jono terlihat sangat sedih. Jono menghampiri ibunya. Ibunya memulai berbicara.“Kau boleh memiliki cita-cita yang bagaimana pun tingginya, tapi sungguh ibu minta maaf tidak bisa memberi dukungan sebaik baiknya.”

“Ibu tidak usah berfikir begitu. Pak Tono tidak meminta jasa apa pun dari kami. Beliau orang kaya yang baik hati. Apalagi beliau hanya memiliki harapan mengenai lestarinya dunia pewayangan saja. Nah, jika salah satu dari kami menang, itu sudah membahagiakan beliau. Saya akan berusaha, Bu.”Ibunya mengusap-usap pundak Jono memberi semangat.

Pagi itu, persis pada hari Sumpah Pemuda, Sang Fajar telah bersinar menampakkan kecerahannya. Seperti biasa, keluarga Jono bergegas beraktivitas seperti biasa.Adik adiknya berangkat sekolah. Tetapi ada yang beda bahwa hari ini ibunya mengantarkannya mengikuti lomba mendalang di kabupaten.

“Jono, jangan lupa, nanti sebelum kamu main, kamu baca basmalah dahulu!”

“Baik, Bu!”

Mereka berangkat,wajah ibu masih terlihat pucat. Meski begitu ia berusaha memberikan kekuatan semangat untuk anak mbarepnya yang selalu berperangai menyenangkan.

Hampir tengah hari, nomor undian Jono membawanya melangkahkan kaki menuju panggung tempatnya berpentas. Pujo dan Tino sudah melewati gilirannya agakawal.“Bu Pujo hebat sekali ya!” celetuk Jono usai temannya itu pentas tadi.

“Iya, jika kamu mau berusaha pasti kamu akan lebih baik darinya!”

“Iya, Bu, Jono pasti akan berusaha membanggakan ibu!”

Sekarang saatnya Jono membuktikan kemampuannya. Ia mencoba memainkan sebuah bagian perang Baratayudha antara Pandhawa dan Kurawa. Di hitungan sepertiga pentas Jono memainkan pertunjukan, ibu Jono pingsan.

Bergegas Jono meninggalkan pertunjukan itu. Ia tak lagi peduli dengan sebuah iming-iming kemenangan. Beberapa orang mengantarkan keduanya ke rumah sakit dengan mobil panitia.

Untunglah, hasil pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Ibu Jono boleh rawat jalan sembari menunggu rujukan yang dapat digunakannya ke rumah sakit di kota. Bahkan ibunya membujuknya untuk kembali ke tempat lomba tersebut demi mengetahui dan menyemangati teman-temannya.

Tiba di sana, sudah sangat sore. Jono demikian perhatian terhadap suara dewan juri yang mengumumkan peraih juaranya. “Yang menjadi juara pertama adalah …!”

Seperti biasa, Sang Juri memberi jeda untuk memberikan efek rasa penasaran dan kejutan.“Ia bernama Pujo Satriyo!” Seketika Pujo melonjak dan Jono memeluknya erat dari belakang hingga keduanya hampir jatuh bersamaan.“Pujo, selamat ya!”

“Iya, Jono aku berhasil! Ini semua berkat Pak Tono.”

“Kau memang layak mendapatkannya, Pujo!” Tino menepuk nepuk pipi Pujo.

“Kemenangan ini aku persembahkan buat pak Tono dan buat kalian!” muka Pulo bersemu merah, hendak menangis karena kebahagiaan itu.

Entah dari mana, Pak Tono tiba tiba sudah berada dekat dengan ketiganya. Roman muka Pak Tono demikian bahagia. Ketulusan dari kerja kerasnya menghasilkan buah kemenangan.

“Pak Tono, uang itu nanti saya akan berikan separuh buat ibu Jono untuk membeli beras,” Pujo langsung saja menyatakan keinginannya.

Memang di antara ketiga sahabat tersebut, Jono lah yang hidupnya sering berkekurangan.

“Kamu memang berhati mulia, Pujo. Kalian semua memang anak-anak yang bersedia untuk belajar. Bapak membanggakan kalian.“

Jono terkejut mendengar perkataan Pujo.“Terima kasih Pujo!” Sekali lagi ia memberi pelukan pada temannya tersebut.

“Iya, sama sama!” Pada ajang perlombaan itu, ternyata bukan saja kemenangan yang berarti, tetapi sebuah nilai persahabatan dan kepedulian sesama teman.

Sumber referensi: titikdua.net