Agama Kristen | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi seputar materi agama Kristen sub materi pembelajaran home sweet home, keluarga ideal dan rumah tempat bersemainya iman revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pembelajaran home sweet home, keluarga ideal dan rumah tempat bersemainya iman.

A. Keluarga Ideal

Tentu kita masing-masing mendambakan memiliki rumah yang nyaman bukan? Betul. Rumah bukan sekedar tempat untuk bernaung dari hujan dan panas terik. Namun umumnya sebagian orang yang terlalu sibuk, secara tidak langsung dapat membentuk rumah menjadi warung makan saja atau seperti penginapan saja. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, kebersamaan dengan keluarga malah terbengkalai.
Akhirnya setiap penghuni rumah menjadi sibuk dengan kebutuhannya sendiri tanpa ada kedekatan antara orang tua dengan anak dan juga antara kakak-adik. Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling indah bagi penghuninya “Home Sweet Home”. Akibatnya dimana saja dan kapan saja rumah selalu dirindukan dan selalu diingat.
Sesungguhnya para remaja memandang rumah sebagai tempat yang penuh dengan kenangan sejak kanak-kanak, kenangan tentang suka maupun duka. Rumah yang sederhana, nyaman, tenang, penuh kasih sayang dan damai adalah tempat tingal yang ideal. Sebagai contoh gambaran paling ideal bagi keluarga Kristen adalah Keluarga Kudus dari Maria dan Yusuf di Nazaret. Maria, Yusuf dan Tuhan Yesus selalu merayakan hari-hari besar dibait Allah (Misalnya hari raya pondok daun).
Dalam (Lukas 2:41-52) dijelaskan bahwa Tuhan Yesus pada masa remaja taat pada orang tua duniawinya dan menikmati hidup bersama keluarga. Dia berkembang secara sehat dan utuh. Dia dikasihi oleh Allah dan sesama. Keluarga tersebut merupakan teladan bagi setiap pasangan kristiani dalam membina keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya masing-masing keluarga Kristen dapat menghadirkan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian keluarga Kristen dapat berkembang, menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki Tuhan.
Di samping kebutuhan materi dan spiritual, tentu saja kita juga membutuhkan suasan rumah yang nyaman, menyenangkan, dan hangat. Ini semua bukanlah hanya pekerjaan seorang ibu namun, menjadi tanggung-jawab semua anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Saat ini telah terjadi perubahan sosial yang pesat. Banyak perempuan dan ibu-ibu yang memiliki peran ganda, yakni mengurusi masalah rumah tangga(domestik) maupun bekerja untuk mencari nafkah di luar rumah (ruang publik).
Kalau perempuan sudah melakukan terobosan ke dunia publik maka sudah saatnya para anak laki-laki dan suami juga harus mampu melakukan tugas-tugas dibidang domestik. Dengan demikian akan dicapai keseimbangan, tidak ada yang mempunyai “beban ganda”, tidak ada lagi perkerjaan yang diberi label “pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan. Kita semua perlu berubah, karena adanya perkembangan pesat di bidang sosial dan budaya. Masing-masing orang dalam keluarga dapat menciptakan suasana rumah menjadi suasana yang nyaman dan menyenangkan.
B. Rumah Tempat Bersemainya Iman
Di dalam rumah, prioritas menjadi keluarga yang utuh itu penting. Banyak keluarga para remaja yang saat ini mengalami masalah, dimana orang tua tidak saling mengasihi, banyak timbul kekerasan dalam keluarga, akhirnya menimbulkan banyak perceraian. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pendidikan iman mempunyai kedudukan yang penting. Banyak krisis keluarga karena mereka sudah meninggalkan Kristus dan tidak ada lagi cinta dalam keluarga. Tuhan memberikan mandat kepada orang tua untuk mendidik anak, tetapi kadang-kadang orang tua sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan anak secara materi, dan mengabaikan kebutuhan mental dan rohani.
Akibatnya anak sering berada di luar rumah untuk menghindari permasalahan keluarga. Seharusnya keluarga merupakan tempat masing-masing orang termasuk anak-anak dapat bertumbuh secara fisik, mental dan spiritual. Oleh karena itu setiap keluarga perlu menyadari, betapa pentingnya menanamkan iman tentang Allah dan karyaNya sedini mungkin kepada anak, baik melalui proses pendidikan maupun sosialisasi. Anak-anak dapat bertumbuh imannya berkat pengaruh suasana kristiani yang dialami dan meresapi kehidupan keluarga.
Ada doa dan kebaktian harian bersama setiap hari, (bisa mencari waktu khusus malam hari atau pagi hari kurang lebih 10 menit). Merayakan secara sederhana keadaan tertentu, misalnya ada yang ulang tahun, lulus ujian, naik kelas, saling berbagi dalam suka maupun duka. Anak-anak juga akan bertumbuh kehidupan rohaninya bila orang tua dan masing-masing orang dalam kehidupan sehari-hari memberi tekanan kepada penghayatan iman.
Misalnya dengan bersikap adil terhadap pembantu, menyatakan pendiriannya terhadap korban penindasan, diskriminasi, penyalahgunaan kekuasaan, dan menunjukkan pengertian terhadap kelemahan manusia tanpa merendahkannya. Kita semuanya sebagai anggota keluarga baik ibu maupun bapak, anak-anak, nenek atau kakek dan semua yang tinggal dirumah, mempunyai tanggung-jawab bersama membuat rumah “Home Sweet Home”.
Kejadian 30:1-24 teks ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga Yakub, yang mengalami banyak sekali ketidakwajaran. Awal cerita, Yakub menyukai Rahel dan ingin menikahinya, tetapi pada waktu pesta pernikahan Laban mertuanya tidak memberikan Rahel untuk menjadi istrinya tetapi Lea kakaknya, Yakub marah akhirnya Laban berjanji akan memberikan Rahel apabila Yakub bekerja lagi padanya selama 7 tahun, dan Yakub menyetujuinya.
Singkat cerita (dalam era Perjanjian Lama) Yakub memiliki 2 istri, dalam pernikahan itu mulai timbul masalah, sebab Lea memiliki anak sedangkan Rahel tidak, lalu Rahel dan Lea masing masing memberikan budaknya untuk mendapatkan anak-anak. Namun pada akhirnya Rahelpun mendapatkan anak dari rahimnya sendiri. Keluarga seperti ini jelas tidak menjadi teladan tapi inilah realita hidup manusia berdosa yang penuh kelemahan dan kekurangan.
Pada zaman Perjanjian Lama (PL) memang wajar bila terjadi hal demikian, karena waktu itu tidak ada aturan yang jelas ditambah masih diberlakukannya budaya poligami. Jika istri tidak punya anak, ia bisa memberikan budaknya untuk menikah dengan suaminya (ingat: dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus merubah poligami menjadi monogami). Bila melihat latar belakang Yakub, dapat diketahui bahwa dia juga adalah seorang yang terkenal sebagai penipu. Ia menipu ayahnya dan Esau saudaranya untuk mendapatkan hak kesulungan.
Dari nats tersebut kita bisa belajar memahami bahwa adanya penipuan, usaha- usaha yang tidak sehat untuk memuaskan keinginan diri dan mendapatkan hak- hak yang bukan bagiannya. Hal ini dapat menimbulkan suasana yang buruk dalam keluarga dan mempengaruhi relasi-relasi yang dibangun dengan orang lain. Akibatnya suasana keluarga menjadi tidak menyenangkan atau tidak indah.
Timotius 1:5 teks ini mengisahkan tentang kehidupan pe-mimpin muda Timotius yang telah dididik sesuai dasar-dasar Alkitabiah sejak masa kanak-kanak. Timotius yang masih muda bisa dapat menjadi pemimpin bahkan menjadi perintis pekabaran Injil serta pemikir Kristen, karena didikan yang di- terimanya dari keluarganya. Paulus, sebagai rasul yang besar dan terkenal, bahkan menyebutnya sebagai satu-satunya orang “yang sehati dan sepikir” serta yang tidak mencari kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan Kristus (Filipi 2:20).
Nama Timotius berasal dari kata Yunani yakni Timotheo artinya menghargai Allah, atau takut akan Tuhan. Timotius adalah putra seorang perempuan Yahudi beragama Kristen bernama Eunike yang bersuami seorang Yunani (lihat Kisah Rasul 16:1). Timotius dididik secara kristiani oleh ibunya. Selain itu dia juga menerima didikan secara kristiani dari neneknya yang bernama Lois (lihat 2 Timotius 1:5).
Alkitab menjelaskan bahwa pengaruh pertama yang dialami Timotius adalah pengaruh asuhan orang tuanya, terutama ibu dan neneknya yang mengajarkan kepadanya tentang isi Alkitab. Nama Lois dan Eunike muncul sekali dalam Alkitab, meskipun demikian nama mereka tercatat dalam sejarah karena mereka meninggalkan kesan yang tidak terhapuskan dalam kehidupan Rasul Paulus. Perkenalan Rasul Paulus dengan Timotius dicatat di dalam Kisah Rasul 16:1-3.
Dalam ayat tersebut, Timotius muda dipercaya Rasul Paulus untuk ikut dalam pelayanan misinya yang kedua (Kisah Rasul 15:36-18:22). Melalui pelayanan inilah, Timotius bertumbuh menjadi murid dan anak rohani Paulus akhirnya menjadi pemimpin muda yang memiliki kualitas kristiani yang bagus. Kehidupan keluarga Timotius menjadi satu contoh yang patut diteladani oleh setiap keluarga Kristen.
C. Rangkuman Materi
Rumah yang nyaman atau home sweet home, merupakan dambaan setiap orang. Hal itu juga dapat dikatakan sebagai rumah yang ideal dimana setiap orang dapat mengalami suasana rumah atau keluarga yang menyenangkan, nyaman dan terlindungi ditengah-tengah kesibukan yang dialami. Rumah juga menjadi tempat untuk pengembangan iman dan tempat perteduhan. Dalam suasana rumah yang nyaman perlu dibangun relasi yang harmonis diantara anggota keluarga. Home Sweet Home perlu diupayakan oleh masing-masing keluarga agar dalam keluarga terjadi pengembangan relasi dengan Tuhan dan relasi dengan sesama secara berkesinambungan.