Seni Budaya | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan unsur-unsur pembangun naskah dalam menyusun kegiatan pementasan fragmen dalam mata pelajaran seni budaya kelas VII revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang unsur-unsur pembangun naskah dalam menyusun kegiatan pementasan fragmen dalam mata pelajaran seni budaya.

Gambar: freepik.com
Unsur-unsur naskah dalam fragmen adalah sebagai berikut.
- Tema
- Latar
- Tokoh
- Dialog
- Dialog dan lakuan
- Amanat
1. Tema
Tema merupakan ide atau gagasan pokok yang dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan cerita dalam kegiatan pementasan sebuah fragmen. Sebuah fragmen membentuk cerita sesuai tema yang ditentukan.
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok tersebut dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik. Tema bisa diambil dari mana saja, bisa dari permasalahan kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, lingkungan sosial masyarakat, percintaan, lingkungan alam, penyimpangan sosial dan budaya, kriminalitas, politik, isu globalisasi dunia, dan sebagainya. Tema dapat dipersempit menjadi sebuah topik, kemudian topik tersebut dikembangkan menjadi kisah dalam teater dengan dialogdialognya. Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.
2. Latar
Latar merupakan keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam sebuah cerita. Latar mempunyai tiga bagian, antara lain sebagai berikut. Latar adalah waktu dan tempat (atau kapan dan di mana) cerita.
Setting adalah elemen sastra sastra yang digunakan dalam novel, cerita pendek, drama, film, dll, dan biasanya diperkenalkan selama eksposisi (awal) cerita, bersama dengan tokoh. Latar juga dapat mencakup lingkungan cerita, yang dapat terdiri dari lokasi fisik, iklim, cuaca, atau lingkungan sosial dan budaya. Ada berbagai cara yang menunjukkan waktu dan tempat setting.
Waktu dapat mencakup banyak bidang, seperti waktu karakter kehidupan, waktu hari, tahun, periode waktu seperti masa lalu, sekarang, atau masa depan, dll. Tempat juga mencakup banyak area, seperti bangunan tertentu , ruangan di gedung, negara, kota, pantai, dalam moda transportasi seperti mobil, bus, perahu, di dalam atau di luar.
Setting cerita dapat berubah di sepanjang alur cerita. Lingkungan mencakup lokasi geografis seperti pantai atau gunung, iklim dan cuaca, dan aspek sosial atau budaya seperti sekolah, teater, rapat, klub. Latar dibedakan menjadi tiga,yaitu:
a. Latar waktu
Latar waktu adalah waktu/masa tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi.
b. Latar tempat
Latar tempat adalah lokasi/bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.
c. Latar suasana
Latar suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu, misalnya suasana gembira, haru, sedih, dan tegang. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama.
d. Latar sosial
Latar sosial adalah gambaran kehidupan masyarakat dalam kurun waktu dan tempat tertentu yang dilukiskan dalam cerita.
e. Latar material
Latar material adalah gambaran benda-benda yang mendukung cerita.
f. Seting latar belakang
Pernahkah kalian membaca sebuah cerita, tetapi menemukan kesulitan untuk mengetahui periode waktu di mana cerita itu ditulis atau di mana itu? Kisah itu mungkin memiliki latar belakang. Cerita ini abadi dan dapat terjadi kapan saja dalam sejarah atau di mana saja. Fokusnya adalah pada pelajaran atau pesan yang disampaikan.
Banyak dongeng dan cerita anak-anak memiliki latar belakang. “Winnie the Pooh” akan menjadi contoh. Karena pelajaran yang dipelajari karakter adalah titik daripada periode waktu, sulit untuk menempelkan “masa lalu, sekarang, atau masa depan” pada aspek setiing waktu. Bisa juga kota atau negara mana saja, yang berarti anak-anak di mana saja dapat berhubungan dengannya.
g. Setting integral
Dengan latar integral (integral artinya menjadi bagian atau penting bagi), waktu dan tempat penting bagi cerita. Sebagai contoh, sebuah cerita yang berhubungan dengan latar sejarah akan memiliki dampak langsung pada plot. Sebuah cerita yang terjadi pada 1800-an tidak akan memiliki teknologi, sehingga para karakter harus menulis surat, menunggang kuda atau naik kereta untuk saling mengunjungi; mereka tidak dapat melakukan perjalanan jarak jauh dalam satu hari seperti yang kita lakukan sekarang dengan mobil, bus, dan pesawat. Ini akan memiliki dampak langsung pada peristiwa-peristiwa dalam cerita, terutama jika ada jarak yang terlibat.
3. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin dalam Nurgiyantoro, 1995:79). Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan pada sebuah cerita sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus (Nurgiyantoro, 2002:176).
Aminuddin (dalam Nurgiyantoro, 1995:79-80) menyatakan terdapat dua macam tokoh dalam suatu cerita, yaitu :
a. Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan.
b. Tokoh pembantu
Tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting dalam cerita dan kehadiran tokoh ini hanya sekedar menunjang tokoh utama.
Berdasarkan perannya dalam sebuah cerita, tokoh dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Tokoh protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2002:178).
b. Tokoh antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab timbulnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi :
a. Tokoh sederhana
Tokoh sederhana adalah tokoh yang memilki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seseorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu.
b. Tokoh kompleks
Tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002:181-183).
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap (sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dibagi menjadi :
a. Tokoh tipikal
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili.
b. Tokoh Netral
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir (atau dihadirkan) semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.
Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya suatu tokoh dibagi menjadi :
- Tokoh statis Tokoh statis adalah tokoh cerita yang esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2002:188).
- Tokoh berkembang Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
4. Dialog dan Lakuan
Dialog adalah berbagai percakapan yang terjadi antar tokoh dalam suatu drama. Dalam drama, dialog adalah hal utama yang menjadi pencerita suatu kisah. Drama biasanya tidak memiliki narasi atau narator tepatnya, namun sebagian drama masih menggunakannya. Baik ada ataupun tidak ada narator, dialog tetap menjadi pokok pengisahan dalam drama.
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta. Jalan cerita drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain.
Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama.
Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan
- Dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
- Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
5. Amanat
Amanat merupakan suatu pesan moral atau nasihat yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain, baik secara langsung maupun melalui suatu karya. Amanat merupakan sebuah kata yang memiliki arti pesan, nasihat atau keterangan. Secara umum amanat atau pesan moral biasanya disampaikan melalui obrolan harian dan juga sering ditemukan dalam cerita.
Pesan moral tersebut nantinya dapat dijadikan contoh oleh pembaca atau audiens sepanjang hidupnya. Tidak jarang, pesan juga bisa menjadi semacam peringatan agar orang tidak menyimpang. Amanat atau pesan moral seringkali disampaikan melalui suatu karya, baik itu karya sastra maupun karya dalam bentuk lainnya. Agar lebih memahami apa arti amanat, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut:
- Wahyudi Siswanto (2008: 161-162), konsep amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca dan pendengar. Dalam karya sastra modern amanat biasanya tersirat dan dalam karya-karya sastra lama biasanya amanat ditulis.
- Engkos Kosasih (2006), konsep amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca melalui tulisannya sehingga pembaca dapat menarik kesimpulan dari karya tersebut.
- Rusiana (1982: 74), makna amanat tersebut adalah doktrin moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. amanat adalah sesuatu yang harus dipikirkan pembaca.
- Sadikin (2010), konsep amanat adalah solusi untuk masalah atau bahkan makna yang dikawinkan seorang penulis dalam sebuah karya sastra.
Secara umum, amanat dibedakan dalam dua bentuk yaitu amanat tersurat dan amanat tersirat. Sedangkan jika amanat dalam cerita bisa juga disampaikan melalui percakapan, ajakan atau himbauan secara langsung:
- Amanat Tersurat, yaitu pesan moral yang disampaikan secara langsungdan jelas dalam karyanya sehingga audiens dapat dengan mudah memahaminya melalui frasa deskriptif ketika ditulis.
- Amanat Tersirat, yaitu pesan moral yang disampaikan secara tersembunyi (implisit) ditransmisikan oleh penulis dan hanya dapat dipahami oleh publik jika mengikuti alurnya. Ini adalah bentuk tersirat dari pesan yang dapat dimasukkan seluruhnya atau sebagian dalam cerita.
Untuk mengetahui amanat yang terdapat pada suatu karya maka kita harus mengetahui apa yang menjadi cirinya. Mengacu pada pengertian amanat, adapun ciri-ciri amanat adalah sebagai berikut:
- Amanat dalam sebuah karya biasanya ditransmisikan di akhir cerita.
- Amanat dapat secara jelas (eksplisit) dikenal dalam bentuk seru, saran, peringatan, saran, saran atau larangan pada tema utama sebuah cerita.
- Amanat dapat disampaikan secara langsung atau implisit melalui karakter atau penokohan dalam sebuah cerita.
- Amanat bertujuan untuk membuat audiens mengikuti amanat dalam cerita tersebut.