Teks Drama | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan beberapa kaidah kebahasaan teks drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas delapan dilengkapi dengan penjelasan terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang kaidah kebahasaan teks drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas delapan.

Gambar: freepik.com
Bahasa yang digunakan pada teks drama sudah barang tentu memiliki kaidah kebahasaan yang sama dengan kaidah kebahasaan pada teks lain. Berikut beberapa kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks drama adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan Bahasa Tidak Baku
Teks drama bahasa yang dipakai pada dialog boleh tidak baku. Kata maupun kalimat pada dialog boleh tidak baku. Ini karena dialog tentu disesuaikan dengan kenyataan. Sebagai contoh, ada seorang tokoh dari Jawa. Ia sedang berbicara dengan istrinya di rumah yang tentu menggunakan bahasa Jawa. Sudah sewajarnya dialog tersebut menggunakan bahasa Jawa. Walaupun begitu, perlu diperhatikan bahwa untuk yang bukan dialog, tetap harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa sudah ditentukan. Biasanya kata tidak baku sering digunakan saat percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur. Untuk jenis kata yang satu ini ternyata bisa muncul karena penggunaan bahasa yang salah dan terus diulang.Beberapa orang tidak dapat membedakan yang mana kata baku atau tidak. Bahkan, beberapa orang keliru menganggap kata yang sering dipakai olehnya merupakan kata baku yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dapat menjadi kebiasaan yang buruk jika menggunakan kata-kata secara tidak tepat. Terdapat faktor lain yang dapat memunculkan kata-kata tidak baku yaitu :
- Menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.
- Menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang menyebabkan kata tidak baku selalu ada.
- Terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa menggunakan kata tidak baku
- Terbiasa menggunakan kata tidak baku
- Tidak memiliki subjek atau predikat atau keduanya.
- Menggunakan kata-kata, frasa atau bentuk lain yang tidak perlu.
- Dapat terpengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
- Terpengaruh oleh perkembangan zaman
- Digunakan dalam pembicaraan santai sehari-hari
- Dapat dibuat oleh siapa saja sesuai keinginannya
- Ejaan yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
- Bersifat ambigu sehingga kerap terjadi salah penafsiran.
- Preposisi tidak digunakan dengan tepat.
2. Menggunakan Kata Kerja
Teks drama banyak menggunakan verba atau kata kerja di bagian petunjuk lakuan.
a. Verba Aktif
Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan tindakan atau perbuatan.
Contoh:
Mariana menerjang dengan berani
b. Verba Pasif
Verba pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita atau sasaran tindakan atau hasil.
Contoh:
Mariana diadang oleh sekelompok anak SMA.
1) Kalimat Aktif
Dendy Sugono dalam Sintaksis Bahasa Indonesia: Analisis Fungsi Sintaktik (2019) berpendapat, jika suatu subyek kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut dengan kalimat aktif, Kalimat aktif dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat aktif yang berobyek dan kalimat aktif yang tidak berobyek.
a) Kalimat aktif berobyek
Kalimat aktif berobyek disebut juga kalimat transitif. Kalimat aktif berobyek dapat diubah menjadi kalimat pasif, dengan mengganti awala pada predikatnya. Predikatnya biasa ditandai dengan awalan me-, meng, dan verba aktif. Verba aktif, misalnya makan, minum, masak, dan sejenisnya. Verba aktif yang dapat ditautkan dengan obyek jumlahnya terbatas.
Contoh:
- Vera mencuci baju.
- Siswa kelas VIII mengerjakan ulangan Bahasa Inggris.
- Ibu memasak nasi
b) Kalimat aktif tidak berobyek
Kalimat aktif tidak berobyek disebut juga kalimat intrasinitif. Kalimat jenis ini tidak membutuhkan kehadiran obyek atau keterangan. Kalimat aktif tanpa obyek, tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.
Predikatnya dapat berupa dengan awalan me-, ber-, atau verba aktif. Verba aktif, misalnya datang, pergi, masuk, kembali, pulang, bangkit, dan sejenisnya. Jumlah verba aktif yang dapat ditautkan pada kalimat jenis ini jumlahnya lebih banyak. Contoh:
- Rio memasak di dapur.
- Nenek berolahraga setiap pagi.
- Joni pulang ke Bali
2) Kalimat Pasif
Mengenali kalimat pasif lebih mudah karena predikatnya mengandung imbuhan di-, ter-, serta ke- dan -an. subyek dalam kalimat pastif bukan sebagai pelaku, melainkan sasaran perbuatan. Pada beberapa kalimat pasif, subyek tidak terlihat atau terselubung tetapi tetap memenuhi syarat keutuhan kalimat.
Menurut Dendy Sugono dalam Sintaksis Bahasa Indonesia: Analisis Fungsi Sintaktik (2019), jika subyek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Berikut contohnya:
- Baju disertrika Deni.
- Buku dibaca Santi.
- Pasar kencong terbakar.
- Jakarta kebanjiran.
3. Menggunakan Nomina (Kata Benda)
Teks drama banyak menggunakan nomina atau kata benda. Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, semua benda, atau segala yang dibendakan. Kata benda dibagi menjadi dua jenis berdasarkan artinya, yaitu kata benda konkret (nyata) dan abstrak (tidak nyata). Contoh kata benda konkret adalah rumah, penghapus, kapur. Kata benda abstrak contohnya kemerdekaan, keyakinan, pikiran.
Kata benda juga dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda dasar belum mendapat imbuhan, sedangkan kata benda turunan sudah mendapat imbuhan. Contoh kata benda dasar adalah kapur, kota, dan hutan. Adapun contoh kata benda turunan adalah pengapuran, perkotaan, dan kehutanan.
4. Menggunakan Kata si dan sang
Untuk mendramatisasi suatu panggilan, kata si dan sang sangat berpengaruh. Sebagai contoh, kata harimau saja sangat berbeda kedengarannya dengan sang harimau.
1. Sang
Kata sang merupakan kata sandang bermakna tunggal dan berfungsi merujuk sesosok tokoh dengan derajat atau martabat yang baik. Tidak hanya secara literal, kata sandang ini kadang dipakai juga untuk menyindir, seperti yang dijelaskan pula pada makna katanya menurut KBBI:
- Kata yang dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan, dan
- Kata yang dipakai di depan nama benda untuk berolok-olok.
Jika tidak diletakkan di awal kalimat, sang tetap ditulis dengan huruf kecil, sedangkan kata yang mengikutinya bisa saja diawali dengan huruf kapital jika berupa nama julukan. Contoh penggunaan sang adalah:
- Wanita berambut cokelat itu membawakan es buah untuk sang suami yang baru sedang duduk sendirian.
- Harimau pergi mencari sang Kancil yang tidak datang ke rapat hutan raya.
Lantas, bisakah sang juga ditulis dengan huruf kapital saat tidak berada di awal kalimat? Ternyata, hal ini bisa saja terjadi. Ia justru harus ditulis kapital jiika diikuti dengan unsur nama Tuhan, misalnya “Sang Pencipta Alam” atau “Sang Hyang Widhi Wasa.”
2. Si
Si merupakan kata sandang yang bersifat netral. Penggunaannya telah dijelaskan lebih lanjut pada KBBI, yaitu:
- Kata yang dipakai di depan nama diri (pada ragam akrab atau kurang hormat),
- Kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan atau terkena sesuatu,
- Kata yang dipakai di depan nama orang untuk merendahkan diri,
- Kata yang dipakai di depan kata sifat untuk timang-timangan, pujian, panggilan, ejekan, dan sebagainya yang menyatakan bahwa yang disebut itu mempunyai sesuatu atau menyerupai sesuatu yang sama dengan sebutan itu, dan
- Kata yang dipakai pada berbagai-bagai nama tumbuhan atau binatang.
Menilik pengertian dari KBBI, bisa kita simpulkan bahwa kata pengikut si bisa berupa kata benda maupun kata sifat, dengan penulisan yang sistemnya sama seperti kata sang: diawali dengan huruf kecil, contohnya:
- Buku tebal itu sudah kupinjamkan ke si Anto.
- Duh, lihat tas milik si kurus itu; besar sekali, seperti membawa komputer!