Kumpulan 4+ Langkah Perencanaan Pementasan Fragmen Seni Budaya Kelas VII

Seni Budaya | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan langkah-langkah perencanaan pementasan fragmen dalam mata pelajaran seni budaya kelas VII revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang langkah-langkah perencanaan pementasan fragmen dalam mata pelajaran seni budaya.

Kumpulan 4+ Langkah Perencanaan Pementasan Fragmen Seni Budaya Kelas VII

Gambar: freepik.com

Perencanan pementasan fragmen terbagai menjadi empat bagian diantaranya adalah sebagai berikut!

  1. Memilih naskah
  2. Menentukan/menunjuk sutradara
  3. Memilih aktor atau pemeran
  4. Memilih kru administrasi.

 A. Memilih Naskah

Naskah merupakan teks atau karangan yang berisi lakon atau cerita yang di dalamnya memuat nama-nama tokoh, dialog yang harus diucapkan oleh tokoh, petunjuk lakuan (gerak-gerik tokoh saat berdialog), dan setting panggung, serta properti yang diperlukan. Selain itu naskah juga memuat keterangan lain seperti busana dan tata cahaya, serta tata suara atau iringan yang akan digunakan.

Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Konflik adalah pertentangan yang terjadi antara satu tokoh dengan tokoh lainnya, baik yang berhubungan dengan fisik maupun fisik. Seluruh perjalanan drama dijiwai oleh konflik tokoh-tokohnya. Baik itu tokoh utama yang disebut tokoh protagonis, maupun tokoh yang bertentangan dengan tokoh utama, pelawan arus cerita (tokoh penentang). Tokoh penentang disebut tokoh antagonis.

Naskah merupakan salah satu bahan untuk bermain teater. Karakter dan tokoh semua tertulis di dalam naskah. Alur cerita atau plot ditulis dengan jelas pada sebuah naskah, memungkinkan untuk pemain dan sutradara untuk menayangkan watak yang diinginkan pengarang. Kalau kamu akan menulis naskah drama tapi mengikuti langkah-langkah penyusunan naskah drama. Dengan demikian, semua yang ingin dibangun, baik plot atau jalan cerita, karakter tokoh, latar, dialog, dan peristiwa (pengaturan) dapat tersusun dengan baik. Berikut ini adalah cara membuat naskah fragmen yaitu:

1. Menentukan Tema

Tema merupakan langkah awal dalam menyusun naskah drama. Tema merupakan ide dasar dari keseluruhan naskah. Pesan pengarang yang ingin disampaikan, akan ditemukan melalui tema. Pengarang dapat menentukan tema cerita seperti persahabatan, kasih sayang, kepahlawanan, pengorbanan, ketulusan, dan perjuangan.

2. Menentukan Alur

Kisah Alur adalah jalan cerita dari tema yang sudah dipilih. Alur merupakan rangkaian sebuah cerita yang disusun dari awal sampai akhir. Cerita yang jelas dan utuh. Tahap persiapan alur akan terlihat masalah-masalah yang terjadi, seperti tempat kejadian, tokoh-tokoh yang mengisi cerita. Baik tokoh utama maupun tokoh-tokoh penentang juga tokoh-tokoh lain sebagai pendukung cerita.

3. Menyusun Adegan

Setelah menyusun cerita selesai dengan utuh, dilanjutkan dengan menyusun adegan yang akan ditampilkan dalam setiap babak. Setiap adegan cerita, akan diketahui urutan tokoh-tokoh yang akan tampil. Begitupun dalam adegan memilih babak atau kejadian mulai dari proses pengenalan hingga kejadian paling menarik sebagai puncak.

4. Membuat Dialog-Dialog Tokoh

Drama berbeda dengan karya sastra yang lain. Perbedaan yang paling mencolok adalah dialog dialog-bangun antartokoh. Pada saat membuat dialog-dialog setiap orang, Anda harus menyesuaikan dengan karakter yang dibuat, misalnya tokoh orang tua, tentu bahasa dan tingkah lakunya berbeda dengan anak sekolah. Dialog tokoh-tokoh ini juga di tentukan oleh latar belakang keadaan masing-masing. Orang dari daerah yang berbeda bahasanya dengan orang dari perkotaan dan lingkungan lain. Dialek atau gaya bahasa setiap tokoh yang berasal dari setiap suku bangsa juga akan berbeda dan memiliki keunikan masing-masing. Hal yang demikian dapat digunakan untuk membuat naskah, membuat drama drama menjadi unik dan menarik untuk dinikmati dalam pertunjukan teater.

Dalam memilih naskah, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut.

  • Nilai filosofi, naskah yang dipilih hendaknya mengajak penonton untuk memiliki wawasan luas, seperti penyadaran diri usai menonton.
  • Nilai artistik, naskah yang dipilih hendaknya memiliki nilai seni dan unsur keindahan (estetika)
  • Nilai etika, naskah hendaknya dapat bermanfaat bagi penonton dan pembaca naskah. Naskah tidak hanya bertujuan mengajak penonton untuk larut dalam lakon yang dimainkan para tokoh, tetapi bertujuan lebih dalam menjaga moral.
  • Nilai komersial, naskah mampu menarik minat penonton atau bernilai jual.

B. Menentukan dan Menunjuk Sutradara

Sutradara merupakan orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik dan teknis dalam pembuatan film. Sutradara bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pada film baik dari segi naratif maupun sinematik. Tak hanya itu, sutradara juga berperan aktif dalam membimbing kru serta pemeran dalam merealisasikan kreativitas yang dimilikinya. Selain itu, sutradara juga bertugas memberikan visi pada film yang dibuat dan menentukan arah film tersebut.

Secara teknis, sebuah proses film memang bisa saja dilakukan tanpa sutradara, toh sudah ada operator kamera yang menekan tombol record, ada penata artistik yang menata set, ada produser yang mempersiapkan segalanya. Akan tetapi, fungsi dan tugas sutradara jauh lebih penting daripada sekadar urusan teknis seperti itu. Tugas terberat bagi seorang sutradara adalah memberikan visi pada sebuah film. Sutradaralah yang menentukan ke mana arah sebuah film. Dengan kata lain, seorang sutradara wajib memahami sedalam-dalamnya kerangka cerita film yang sedang ia buat. Ibaratnya, sebuah kapal bisa saja berlayar tanpa nahkodanya, akan tetapi kapal itu tak akan bisa mencapai tujuan tanpa arah dan komando yang jelas. Seperti itu pula lah tugas sutradara.

Secara garis besar, berikut ini beberapa tugas utama seorang sutradara agar kalian mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang peran dan tanggung jawab dari seorang sutradara dalam sebuah proyek pembuatan film.

1. Pemimpin Kreatif

Saat syuting berlangsung, seorang sutradara harus mampu menjadi seorang pemimpin kreatif karena sutradara dituntut untuk mampu berkoordinasi dengan penata gambar, penata suara, penata cahaya, hingga pemain. Tugas sutradara dalam ranah pemimpin kreatif ini adalah harus dapat membuat segenap timnya untuk mengerti apa yang harus dikerjakan saat berada di lokasi syuting nanti. Sebagai seorang pemimpin kreatif, sutradara yang profesional wajib mencari solusi dari masalah yang terjadi di lapangan.

2. Melakukan Framing

Dalam hal ini, sutradara bekerja sama dengan penata kamera dalam memilih ukuran gambar yang dibutuhkan dalam sebuah shot, dan penata artistik dalam menentukan elemen artistik apa saja yang dibutuhkan di dalam frame tersebut.

3. Supervisi Adegan

Membuat sebuah film memerlukan sebuah persiapan yang matang. Agar proses syuting bisa berjalan lancar, seorang sutradara harus dapat memvisualisasikan apa yang ada dipikiran dan imajinasinya lalu berusaha menghidupkanya.

4. Mengarahkan Pemeran

Selain kru, sutradara juga akan bekerja dekat dengan para pemeran. Sutradara yang baik adalah sutradara yang mampu mengarahkan pemerannya secara langsung dan memastikan mereka memahami visi sang sutradara. Diskusi tentu saja selalu terjadi di dalam sebuah set film, dan sutradara harus menjadi rekan diskusi yang baik untuk para pemeran

C. Memilih Aktor dan Pemeran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aktor adalah orang yang berperan sebagai pelaku dalam pementasan cerita, drama, dan sebagainya di panggung, radio, televisi, atau film; atau orang yang berperan dalam suatu kejadian penting. Dari sini bisa disimpulkan bahwa aktor merupakan orang yang memerankan sebuah lakon dalam sebuah cerita atau kejadian. Setiap aktor memiliki karakter masing-masing, baik gaya bergerak, maupun gaya berbicaranya.

Masing-masing aktor juga mempunyai caranya sendiri untuk menafsirkan karakter tokoh dan menghidupkannya. Tetapi menurut RH Prasmadji, B.A. (2008), ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang aktor atau pelaku, yakni : Aktor harus mempunyai kepekaan untuk lekas merasakan sesuatu (sensitivitas) perasaan yang terkandung dalam dialog antar peran dalam suatu naskah drama.

Apa yang dirasakan oleh aktor harus dapat mempengaruhi nada suara yang diucapkannya. Aktor harus mempunyai daya lukisan dalam angan-angannya, jadi harus mempunyai imajinasi atau suatu rekaan, suatu daya mereka-reka, daya mengotak-atik mengenai situasi yang sedang dihadapi oleh peran dalam naskah drama. Situasi yang digambarkan dalam naskah drama yang digambarkan oleh aktor harus dijadikan landasan untuk bergaya dalam berbicara dan berbuat (akting).

Pada dasarnya, seorang aktor yang baik adalah yang bisa memerankan sebuah tokoh dengan natural dan wajar di atas panggung. Selain itu juga bisa menarik mata penonton untuk terus menyaksikan cerita yang sedang disuguhkan di atas panggung. Seorang aktor dalam pemeranannya harus bisa menyeimbangkan antara teknik dan emosi yang dimilikinya agar bisa menampilkan sebuah tokoh dengan baik. Salah satu cara yang selalu kita dengar hingga seakan-akan menjadi sebuah mitos adalah terus melakukan latihan diri.

D. Memilih Kru Administrasi

Kru administrasi merupakan pelaksana nonteknis tim produksi. Adapun kru-kru pelaksana nonteknis tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Kesekretariatan
  2. Bendahara
  3. Kerumahtanggaan
  4. Humas
  5. Publikasi
  6. Dokumentasi
  7. Keamanan
  8. Pembantu umum