Kumpulan 6+ Unsur Kebahasaan Buku Fiksi dan Nonfiksi Dilengkapi Pembahasan

Fiksi dan Nonfiksi | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan unsur kebahasaan buku fiksi dan nonfiksi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas delapan revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang unsur kebahasaan buku fiksi dan nonfiksi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas delapan.

Kumpulan 6+ Unsur Kebahasaan Buku Fiksi dan Nonfiksi Dilengkapi Pembahasan

Gambar: freepik.com

Unsur kebahasaan kedua jenis buku tersebut berbeda satu sama lain. Karya fiksi mempunyai unsur kebahasaan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan karya nonfiksi.

A. Unsur Kebahasaan Karya Fiksi

1. Menggunakan Kata Tidak Baku

Suatu kata dianggap tidak baku apabila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata tidak baku biasa disebut kata yang menyimpang. Kata tidak baku biasanya disebabkan oleh adanya pengaruh atau faktor lingkungan di mana ia digunakan. Terkadang masing-masing daerah menggunakan dialek yang berbeda meski bahasa yang digunakan sama, yakni Bahasa Indonesia. Ini yang membuat kata tidak baku sering digunakan.

Tidak bakunya sebuah kata tidak hanya dinilai dari salah penulisan saja. Sebuah kata dianggap tidak baku juga bisa karena adanya salah pengucapan. Kata tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur. Ini karena kata tidak baku dianggap lebih santai dan tidak kaku seperti bahasa baku yang cenderung kaku.

Berikut ciri-ciri kata tidak baku:

  • Biasanya digunakan dalam bahasa sehari-hari
  • Sudah dipengaruhi oleh bahasa asing atau bahasa daerah
  • Sudah dipengaruhi oleh perkembangan zaman
  • Bentuknya mudah berubah-ubah
  • Memiliki arti yang sama meskipun terkesan berbeda dengan bahasa baku. 

2. Menggunakan Ungkapan (Idiom)

Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.

Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya.

Contoh kalimat yang mengandung ungkapan:

  1. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
  2. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
  3. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
  4. Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
  5. Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
  6. Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
  7. Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
  8. Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
  9. Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
  10. Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi)
  11. Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik)
  12. Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi)
  13. Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan)
  14. Maaf, aku tak sudi kau jadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu)
  15. Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik. (dihilangkan benar-benar)

3. Majas

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.

a. Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.

1. Personifikasi

Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.

2. Metafora

Metafora yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

3. Asosiasi

Asosiasi yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.

Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.

b. Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes

Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks

Paradoks yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.

Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

3. Antitesis

Antitesis yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

c. Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Ironi

Ironi yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.

2. Sinisme

Sinisme yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

3.Sarkasme

Sarkasme yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

d. Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme

Pleonasme yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi

Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

3. Retorika

Retorika yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?

B. Unsur Kebahasaan Buku Nonfiksi

1. Menggunakan Kata Baku

Kata baku adalah kata yang aturan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesianya. Kata ini bersifat baku dan digunakan secara resmi dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata baku sudah berbentuk mutlak baik penulisan dan penguncapannya. Kata baku merupakan kata yang bersumber dari bahasa baku yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kata baku bisa dilihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) baik secara daring maupun bentuk kamus fisik. Bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui sebagian warga pemakainya sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Kata baku memiliki ciri-cirinya sendiri. Ciri-ciri inilah yang membedakan antara pengertian kata baku dan tidak baku.

Ciri-ciri kata baku adalah:

  • Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah,
  • Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa asing,
  • Pada pemakaian imbuan kata baku ini bersifat eksplisit,
  • Baku adalah bahasa percakapan, - Kata baku digunakan sesuai dengan konteks kalimat,
  • Kata baku tidak terkontaminasi atau tidak rancu,
  • Kata baku tidak mengandung arti pleonasme,
  • Kata baku tidak mengandung hiperkorek.

2. Menggunakan Istilah (Kata Khas)

a. Istilah dan tata Istilah

Pengertian istilah adalah kata atau frasa (gabungan kata) yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain sebagainya. Istilah juga dapat didefinisikan sebagai sebutan, kata atau ungkapan khusus.

Istilah adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Tata istilah disebut juga terminologi. Tata istilah (terminologi) merupakan ilmu mengenai batasan, definisi istilah atau mengenai peristilahan tentang kata-kata.

Misalnya: anabolisme, pasar modal, demokrasi, pemerataan, laik terbang, perangkap elektron

b. Istilah Umum dan Istilah Khusus

  1. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Misalnya: Anggaran belanja, penilaian, daya, radio, nikah, takwa
  2. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Misalnya: Apendektomi, kurtosis, bipatride, pleistosen

Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.

  • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
  • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.
  • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
  • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
  • Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia

3. Menggunakan Peribahasa

Peribahasa atau pepatah adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan maksud, keadaan seseorang ataupun hal yang mengungkapkan tentang, perbuatan, kelakuan atau hal tentang seseorang. Peribahasa dapat juga diartikan sebagai ungkapan yang tidak langsung, namun tersirat menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami pembaca atau pendengar. Pengertian lain, menurut kamus linguistik peribahasa adalah penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna dan fungsinya dalam masyarakat.

Kata-kata yang ada pada peribahasa memiliki struktur yang tetap, artinya kata kata dalam peribahasa sudah pasti dan tidak dapat diubah. Peribahasa biasanya digunakan dengan tujuan untuk menyindir ataujuga memperindah bahasa. Kata-kata yang digunakan biasanya teratur, enak didengar serta memiliki makna. Biasanya diciptakan atau dibentuk berdasarkan pandangan dan perbandingan yang sangat teliti terhadap alam dan peristiwa yang terjadi dan berlaku dalam masyarakat. Peribahasa dibentuk dengan ikatan bahasa yang padat dan indah sehingga peribahasa akan melekat dimulut masyarakat hingga turun temurun.

1. Bidal atau Pameo

Bidal adalah salah satu jenis peribahasa yang mengandung ungkapan baik itu sindiran, ejekan, dan juga peringatnya. Contohnya: Hidup segan mati tak mau, malu bertanya sesat dijalan, dan lain sebagainya.

2. Pepatah

Pepatah adalah salah satu jenis peribahasa yang mengandung ajaran atau nasehat dari orang-orang tua dan biasanya peribahasa ini digunakan untuk mematahkan lawan bicara. Contohnya: Bagai bumi dan langiit, bagai kejatuhan bulan, sedikit sedikit, lama-lama menjadi bukit, biar lambat asal selamat dan lain sebagainya.

3. Perumpamaan

Perumpamaan adalah jenis pribahasa yang berisi kata-kata yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dari alam sekitar dan biasanya diawali dengan kata bagai, bak, seperti dan lain sebagainya. Contohnya: bagai pinang dibelah dua, bagai harimau menyembunyikan kuku dan lain sebagainya.

4. Ungkapan

Ungkapan adalah kalimat kiasan tentang keadaan atau kelakuan seseorang yang dinyatakan dengan pepatah atau beberapa patah kata. Contoh: Kabar angin, besar kepala dan lain sebagainya

5. Tamsil atau Ibarat

Tamsil adalah kalimat kiasan yang sering menggunakan kata ibarat yang bertujuan untuk membandingkan suatu hal atau perkara. Contohnya: Tua-tua keladi makin tua makin jadi, dan lain sebagianya.

6. Semboyan

Semboyan adalah kumpulan kata, kalimat atau frasa yang digunakan sebagai prinsip atau pedoman. Contohnya: Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat dan lain sebagainya.

Contoh Peribahasa

  1. Tong kosong nyaring bunyinya (Orang yang bodoh biasanya banyaknya cakapnya atau pembicaraannya)
  2. Ada udang di balik batu (Ada suatu maksud yang tersembunyi)
  3. Ada gula ada semut (Dimana banyak kesenangan disitulah banyak orang datang)
  4. Anjing menggonggong, khafilah berlalu (Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa)
  5. Air beriak tanda tak dalam (Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya)
  6. Bagai Makan Buah Simalakama (Bagai seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit untuk dipilih)