Seni Budaya | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi seputar membaca dan menulis not dalam mata pelajaran seni budaya kelas tujuh revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang membaca dan menulis not dalam mata pelajaran seni budaya.

Gambar: freepik.com
Agar dapat bernyanyi dengan baik, seyogianya kalian harus mampu membidik nada. Dengan mampu membidik nada, kalian akan dapat bernyanyi dengan suara yang tepat dan tidak sumbang. Kemampuan inilah yang lazim disebut pitch control. Agar kalian memiliki kemampuan ini, kalian harus mengusai tinggi rendahnya nada. Setelah itu, akan lebih baik jika kalian mampu membaca not karena nada-nada lagu itu ditulis dalam bentuk not.
A. Nada
1. Pengertian Nada
Nada adalah tinggi rendahnya suara ketika kita mengucapkan kata dalam suatu kalimat. Jika seseorang dalam keadaan bersedih maka orang tersebut akan berbicara dengan nada yang rendah. Lain halnya jika seseorang dalam keadaan senang/ gembira atau marah, maka orang tersebut akan berbicara/ bersuara dengan nada. Sebuah pernyataan atau perintah akan selalu disertai nada yang khas sesuai dengan keaadaan.
Dalam pengertian yang sederhana, tangga nada dalam musik bisa diartikan sebagai satu set atau satu kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu. Aturan baku tersebut berupa interval atau jarak antara satu not dengan not yang lain, aturan tentang nada awal dan nada final, dan lain-lain.
Ada berbagai macam tangga nada di dalam musik, masing-masing memiliki aturan baku sebagai ciri yang membedakan antara tangga nada yang satu dengan tangga nada yang lain. Nada merupakan bagian terkecil dari lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu. Nada dalam tangga nada diatonis mempunyai jarak interval tertentu juga. Dalam kegiatan musikalisasi puisi nada merupakan unsur dasar.
2. Sifat-Sifat Nada
Nada memiliki sifat-sifat khusus. Adapun sifat-sifat dari nada yang perlu kalian ketahui adalah sebagai berikut.
a. Intensitas nada
Intensitas nada berarti keras atau lembutnya bunyi suatu nada. Hal ini tergantung pada lebarnya getaran dan sifatnya relatif. Nada yang terdengar keras di dalam ruangan belum tentu keras bila terdengar di stadion. Demikian pula, keras atau lemahnya suatu nada juga tergantung pada selera pribadi. Nada yang sudah terdengar keras bagi seseorang mungkin masih belum cukup keras bagi orang lain.
b. Tinggi nada (pitch)
Tinggi nada berkaitan dengan frekuensi atau banyaknya getaran tiap detik. Makin besar frekuensi, makin tinggi nadanya. Setiap nada mempunyai frekuensi tertentu. Bila banyaknya getaran atau besarnya frekuensi berkurang sedikit saja, nada akan terdengar sumbang. Jadi, pitch yang dibunyikan harus tepat.
c. Panjang nada (durasi)
Panjang nada merupakan lama suatu nada dibunyikan. Panjang nada dihitung dengan satuan ketuk yang sifatnya relatif, bisa panjang bisa pendek. Dalam musik, waktu diam atau nada tidak berbunyi pun memiliki durasi agar dapat diatur kapan dan sebesar apa nada harus berbunyi.
d. Warna nada (timbre)
Warna nada adalah jenis suara yang dihasilkan. Warna nada tergantung pada sumber bunyi, resonator (ruang gema), dan cara memainkan sumber bunyinya. Walaupun rebab dan angklung membunyikan nada yang tinggi dan panjang serta kuatnya sama, warna nadanya tetap berbeda
3. Penulisan Nada
Notasi musik adalah sistem penulisan lagu, sedangkan satuan pada nada kalian dapat mengenal, membaca, dan menyanyikan seb uah komposisi musik. Bahkan kalian dapat menuliskan kembali komposisi musik yang telah kalian kenal. Dengan demikian, notasi merupakan perwujudan dari nada. Jika dana dapat didengar, maka not dapat dilihat. Jadi, tidak mengherankan bila not disebut pula sebagai lambang nada.
Dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la) dan 7 (si). Angka-angka tersebut menunjukkan tinggi-rendahnya nada. Ada juga angka 0 sebagai tanda diam. Nada 1 tanpa titik merupakan nada dasar. Tanda satu titik di atas not, menunjukkan bahwa not tersebut naik satu oktaf dari nada asli, sedangkan tanda satu titik di bawah not, menunjukkan bahwa not tersebut turun satu oktaf dari nada asli. Nada 1 tanpa garis miring merupakan nada natural. Tanda garis miring silang ke kanan pada not, menunjukkan bahwa not tersebut naik setengah nada dari nada asli (berfungsi seperti tanda kres pada notasi balok).
Not dengan garis miring ke kanan ditentukan dengan angka 1 dengan simbol / (di atau do naik setengah), 2 dengan simbol / (ri atau re naik setengah), 4 dengan simbol / (fi atau fa naik setengah), 5 dengan simbol / (sel atau sol naik setengah) dan 6 dengan simbol / (li atau la naik setengah), sedangkan tanda garis miring silang ke kiri pada not, menunjukkan bahwa not tersebut turun setengah nada dari nada asli (berfungsi seperti tanda mol pada notasi balok). Not dengan garis miring ke kiri ditentukan dengan angka 2 dengan simbol \ (ra atau re turun setengah), 3 dengan simbol \ (ma atau mi turun setengah), 5 dengan simbol \ (sal atau sol turun setengah), 6 dengan simbol \ (le atau la turun setengah) dan 7 dengan simbol \ (sa atau si turun setengah). Membaca Notasi Angka. Notasi angka 4 suara SATB
- Do = G menunjukkan nada dasar lagu tersebut
- 4/4 menunjukkan Tanda birama yang menunjukkan ritme lagu. Angka di bagian atas tanda birama menunjukkan jumlah ketukan per birama, sedangkan angka di bawah menunjukkan nilai not per ketukan. Tanda birama 4/4 di sini menunjukkan bahwa terdapat empat ketukan dalam birama, satu ketukan kuat diikuti tiga ketukan lemah, dan masing-masing ketukan bernilai not seperempat
- Tempo = 66 menunjukkan tempo lagu, artinya dalam satu menit ada 66 ketuk.
- SATB menunjukkan tipe suara yang menyanyikan baris tersebut
- P berarti 'piano' yang berarti lembut, artinya lagi ini dengan dinamika yang lembut.
- Tanda Crescendo yang dilanjutkan dengan tanda decrescendo, menunjukkan ada perubahan dinamika, yakni mengeras, kemudian melembut lagi.
- Garis birama yang merupakan pemisah antar birama.
B. Tangga Nada
Tangga nada adalah rangkaian notasi musik yang diurutkan berdasarkan frekuensi dasar atau pitch. Bila diibaratkan pada kehidupan nyata, maka tangga nada memiliki fungsi serupa dengan tangga pada kehidupan sehari-hari, dimana susunan nada pada sebuah tangga nada dapat naik atau turun tergantung pada pitch yang digunakan untuk mengurutkannya. Secara umum, tangga nada bisa didefinisikan sebagai susunan berjenjang dari nada-nada pokok suatu sistem nada, mulai dari satu nada dasar sampai dengan nada oktafnya, misalnya: do, re, mi, fa, so, la, si, do. Berdasarkan prinsip kesetaraan oktaf, sebuah tangga nada umumnya dianggap menjangkau hanya satu oktaf, dengan oktaf yang lebih tinggi atau rendah pada tangga nada tersebut hanya mengulangi pola dasarnya.
Tangga nada mewakili pembagian ruang oktaf menjadi sejumlah langkah tertentu, dimana jarak antar langkah tersebut disebut dengan interval nada, yang berfungsi menentukan jeda antara satu nada dengan nada lainnya. Suatu tangga nada umumnya disusun mulai dari nada rendah hingga nada tinggi, dengan pola nada yang berulang pada setiap oktaf (skala Bohlen-Pierce menjadi pengecualian). Tangga nada yang mengulang susunan nada pada setiap oktafnya direpresentasikan sebagai susunan melingkar dari kelas nada, yang diurutkan dengan menaikkan (atau menurunkan) kelas nada.
Misalnya, susunan nada pada tangga nada C mayor meningkat adalah C-D-E-F-G-A-B-[C], dimana tanda kurung siku pada nada C terakhir menunjukkan bahwa nada tersebut berada pada oktaf yang lebih tinggi dari nada C yang pertama. Sebaliknya, pada tangga nada C minor menurun susunan nadanya adalah C-B-A-G-F-E-D-[C], dimana tanda kurung siku menunjukkan bahwa nada C terakhir berada di oktaf yang lebih rendah dari yang pertama. Jarak antara dua nada yang berurutan pada sebuah tangga nada disebut dengan langkah. Notasi dari sebuah tangga nada diberi nomor berdasarkan langkah-langkah yang dimulai dari tingkat pertama tangga nada tersebut.
Misalnya, dalam tangga nada C mayor diatas, nada pertama adalah C, kedua D, ketiga E, dan seterusnya. Dua nada yang berurutan juga dapat diberi nomor berdasarkan hubungan antara satu nada dengan lainnya: C dan D menciptakan interval sepertiga (dalam hal ini sepertiga mayor); D dan F juga menciptakan interval sepertiga (dalam hal ini sepertiga minor).
Tangga nada dapat dideskripsikan berdasarkan jumlah nada per oktaf pada susunannya:
- Skala Kromatis, disebut juga dodekatonis (terdiri dari 12 not per oktaf)
- Skala Oktatonis (terdiri dari 8 not per oktaf)
- Skala Diatonis (terdiri dari 7 not per oktaf)
- Skala Heksatonis (terdiri dari 6 not per oktaf)
- Skala Pentatonis (terdiri dari 5 not per oktaf)
- Skala Mayor
- Skala Minor
- Skala Modal
- Skala Penuh
Tangga nada dapat diartikan sebagai urutan nada yang disusun secara berurutan. Selain itu, tangga nada juga dapat diartikan sebagai susunan nada yang berjenjang dari sebuah sistem nada. Ini artinya, nada disusun mulai dari nada dasar sampai nada oktaf, yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi dari nada dasar tangga nada itu. Tangga nada dibedakan menjadi dua, yaitu tangga nada diatonis dan tangga nada pentatonis.
1. Tangga Nada Diatonis
Tangga nada diatonis adalah tangga nada dengan jarak dua tangga nada. Jarak tangga nada diatonis adalah satu dan setengah. Pada sistem tangga nada diatonis, satu rangkaian nada memiliki tujuh nada pokok, dengan nada kedelapan adalah pengulangan nada pertama. Urutan nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do, adalah contoh tangga nada diatonis.
Tangga nada diatonis dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu tangga nada minor dan tangga nada mayor. Interval atau jarak dari tangga nada minor berbeda dengan tangga nada mayor dengan ciri-ciri musik yang juga berbeda Pada tangga nada mayor, intervalnya adalah 1, 1, 1/2, 1, 1, 1, 1/2. Sedangkan pada tangga nada minor, memiliki tangga nada interval 1, 1/2, 1, 1, 1/2, 1, 1.
Ciri tangga nada mayor adalah musiknya yang bersifat gembira, bersemangat, dan biasanya diawali dengan nada do. Berbeda dengan tangga nada mayor, tangga nada minor memiliki ciri bersifat deih, kurang bersemangat, dan tangga nada biasanya diawali dan diakhiri dengan nada la. Alat musik yang menggunakan tangga nada diatonis adalah piano.
2. Tangga Nada Pentatonis
Pada tangga nada pentatonis, hanya menggunakan lima nada pokok saja. Tangga nada yang ada pada tangga nada pentatonis dibedakan oleh jarak antarnada, juga pilihan nada yang didengar. Nah, tangga nada pentatonis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan nadanya, yaitu tangga nada pelog dan tangga nada slendro. Dua jenis tangga nada pentatonis ini memiliki masing-masing lima tangga nada yang berbeda. Tangga nada pentatonis pelog memakai nada do, mi, fa, sol, si. Sedangkan tangga nada pentatonis slendro menggunakan tangga nada do, re, mi, so, la.
Sumber referensi: wikipedia.org